This is my first Bieber Love Story (BLS). Maaf klo jelek, ya barang kali bisa menghibur kalian semua para readers ;D Coba bayangkan saja jika cewek yang ada di dalam BLS ini adalah KAMU! Aw, pasti nggefly deh hihi :p Yang nulis aja udah berharap banget jadi cewek yg ada di dalam BLS ini, apalgi yg baca xoxo. Oke, selamat membaca readers :))
Aku keluar kamar dengan sepasang headset di telinga. Aku hari ini
bangun telat (lagi) seperti biasa. Ibu ku sudah menyarankan ku untuk
menyalakan alarm ku. Tidak, tidak ada yang aneh atau rusak dengan alarm
ku. Aku adalah tipe gadis yang menyukai musik Heavy Metal dan sebelum
aku mendengar musik itu, aku tidak bisa tidur. Tidak heran mengapa aku
selalu bangun kesiangan, aku ketiduran ketika mendengarkan musik.
Aku
turun ke bawah, aku melihat ibuku menatap ku dengan tatapan sinis. Aku
yang masih memakai pajama dan mengatungkan headsetku di leherku
memberikan ibuku senyumah selamat pagi.
"Kau telat lagi, seperti biasa" kata ibu ku tak heran.
Aku
cepat-cepat mandi, pakai baju dan makan sarapanku. Aku tidak sempat
menghabiskan makanan ku karna jam ku mengatakan ini sudah jam 07:00 dan
aku masuk pada pukul 06:30. Aku langsung meraih tas ku dan iPod ku
tentunya, dan mengayuh sepeda ke sekolahku.
Sesampainya
disana, aku memarkirkan sepedaku dengan tidak benar dan langsung
berlari ke kelas. "God bless me" gumam ku ketika tau bahwa guru ku
sedang tidak ada di kelas. Aku lekas melepas headphone ku dan
mengeluarkan buku ku dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Tiba-tiba,
seorang anak perempuan memasang lagu "Love Me" karya Justin Bieber,
remaja yang sedang naik daun itu. Aku pribadi yang menyukai lagu Heavy
Metal menertawakan lagu itu. "Konyol!!! Hahaha" aku terus tertawa
sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa semua anak melihatku. "Kenapa?"
tanya perempuan itu. Aku memberinya tampang heran. "Kau tanya kenapa?
Dude! Aku tidak suka dengan laki-laki itu. Siapa namanya, Justin
Beaver?" kata ku mengejek. Mereka terlihat sangat marah dan lagi-lagi
aku memberikan raut muka 'aku-tidak-peduli'
------------------------------------------------------
Akhirnya,
sekolah pun berakhir. Aku langsung memasang headphone-ku ke telinga
ku. Aku tidak peduli dengan keadaan sekitar. Aku berjalan melewati
koridor dengan memjamkan mata dan menari-nari mengikuti alunan musik.
Tidak sengaja aku menabrak seorang laki-laki. "Ouch!" kata ku
kesakitan. Aku membuka mataku dan, oh. Laki-laki itu, Justin Drew
Bieber. "Maaf" katanya. Aku tetap sibuk merapikan buku-buku-ku yang
jatuh lalu berdiri dan menatapnya. "Gakpapa" kata ku santai.
"Kenapa kau tidak-" kata-katanya menggantung ketika dia melihat tattoo di tangan ku. "Hey, aku juga punya tattoo seperti itu"
"Aku tidak peduli." jawab ku dengan muka 'i-dont-give-a-damn' ciri khas ku.
"Kenapa kau tidak teriak, menjerit, faint, minta untuk foto atau tanda tangan atau semacamnya?" tanyanya heran.
"Haruskah aku teriak seperti Oliver Sykes? Apa yang terjadi? Kebakaran? Ada yang mati?" tanyaku balik heran.
"Yea. Aku Justin Drew Bieber, disini. Di depan mu."
"So...?" kata ku heran. "Aku banyak urusan, bisakah kau mengganggu ku lain waktu?" aku pergi dari hadapannya.
"Tunggu!
Bisakah aku mendapatkan, err, foto dengan mu?" WOW. Seorang artis yang
sedang naik daun meminta ku berfoto dengannya. "Tentu saja" kata ku.
Dia menyuruh bodyguardnya mem-foto kami berdua. Dia merangkul ku seakan-akan aku adalah teman dekatnya. Aku senyum, terpaksa.
"Terimakasih." katanya sambil tersenyum. "Bisa aku mendapatkan username twitter-mu?"
"Tentu
saja, @(usernamemu). Sudah ya, aku punya banyak pekerjaan." aku pergi
melewati dia. Aku berbalik ke belakang dan dia tersenyum kepadaku.
------------------------------------------------------
Sesampai
di rumah, aku buka twitter ku, dan, wow. Sebelumnya aku hanya
mempunyai 1,626 followers di twitter. Dan sekarang, aku mempunyai
sekitar 80,000! Aku buru-buru membuka replies ku dan banyak sekali
replies dari orang-orang yang tidak ku kenal. Aku scroll terus ke bawah,
dan ternyata. Justin Bieber mem-post foto ku dengannya.
Aku
membuka profile Justin. Dia menceritakan semua kejadian ketika dia
bertemu dengan ku. Aku merasa sedikit bangga, seorang perempuan seperti
ku, di kenal artis yang sedang naik daun. WOW.
Aku mulai
mem-browse tentang Justin. “Dia tidak terlalu buruk” gumamku sambil
mengangguk. Aku mengambil handphone-ku dan menelfon sahabat ku, anggap saja namanya,
Cathlin.
“Hai? Halo? Ket? Are you there?”
“Ya? Kenapa?” Tanya Cathlin dari ujung telfon.
“Bisa kau menemaniku ke toko kaset?”
“Tentu. Aku akan sampai di rumah mu jam 4 sore.” Lalu dia menutup telfonnya.
Aku melihat jam tanganku. Jam 15.30, katanya. Aku lebih baik bersiap-siap.
------------------------------------------------------
Sesampainya
di toko kaset, aku langsung berkeliling mencari album Justin.
“Ketemu!” teriak ku senang. Aku langsung mengambil album itu. Aku
melihat kearah Cathlin. Dia memasang muka kaget, heran, dan tidak
percaya. “Kenapa?” tanyaku.
“Seorang (namakamu), membeli album Justin Bieber?! The end of the world.”
“Sudah
kah kau membuka twitter tadi?” tanyaku sambil membayar uang sebesar
100.000 untuk 1 album Justin. “Kalau belum, aku sarankan kau untuk
membukanya.”
Kami keluar dari toko kaset itu dan mencari restoran. Aku melihat McD di sebrang sana. Aku langsung kesana menggandeng Cathlin.
Kami
duduk di bagian pojok kanan. Hanya ada 2 bangku di situ dan kami rasa
itu cukup untuk kami berdua. “Aku akan memesan makanan. Kau mau apa?”
kata Cathlin “Umm, cheeseburger dan coca-cola” lalu Cathlin pergi ke
meja kasir.
Aku mengeluarkan kaset yang baru saja ku beli. Aku
melihat judul lagunya dan menggumam.. “One less lonely girl? One time?
Baby? Ew.” Aku melihat ke cover album itu. Mata ku seperti tidak bisa
bergerak. Mata ku sudah terkunci dengan mata Justin di album itu. Aku
memandangnya terus menerus sampai aku tidak sadar bahwa ada seseorang
yang melihatiku. “Hai, (namakamu).” sapanya. “Oh, Justin..”
“Hahaha
tidak ku sangka, orang seperti mu mau merelakan uangnya untuk membeli
albumku.” Kata Justin sambil tertawa. Aku tersenyum kecil melihat
senyumannya. “Baru kali ini aku melihatmu tersenyum. Kau… Cantik
sekali.”….”Aku harus ke kamar mandi” kata ku buru-buru.
Aku bisa
melihat pipiku merah di kaca kamar mandi. Aku tidak pernah, merasa
se-senang ini. Aku sudah sering bertemu dengan idolaku dan ya, aku
senang. Tapi perasaan senang ini lain. Atau mungkin…..?
------------------------------------------------------
Aku
kembali ke tempat duduk dan melihat Cathlin sedang asik mengobrol
dengan Justin. “Hai,” sapa ku. “Welcome back” sambut Justin dengan
senyumannya. Dadaku berdegup kencang. Kencang sekali. “Thanks. Oh iya,
Justin, ini sahabatku, Cathlin.” Kata ku. Mereka berdua berjabat tangan.
Terdengar lagu Help karya band british amerika bernama McFLY. “Oh, itu
hp ku.” Kata Cathlin. Dia mengangkat telfonnya dan ternyata itu
ibunya, menyuruhnya dia pulang. “Maaf, aku harus duluan. Adikku sakit
jadi aku harus ke rumah sakit”…”Gakpapa. Semoga adik mu cepat sembuh”
kata Justin. Cathlin pun meninggalkan aku dan Justin dalam keheningan.
Aku
mulai memakan cheeseburger-ku. Justin melihatiku terus menerus. Itu
sedikir membuatku agak grogi dan makan ku jadi belepotan. “Ada saus di
pipi mu” kata Justin sambil mengusap pipi ku. “Oh, terimakasih”
Aku dan Justin mulai merasa bosan di sana. “Aku ingin pulang” kata ku.
“Aku
bisa mengantarmu pulang.” Respon Justin. Dia menarikku keluar dari McD
dan membukakanku pintu mobil ferarri ber-plat “B 1 3 BER”. Aku
memberitahukannya alamat rumahku. Dan dia bilang rumah ku tidak terlalu
jauh dengan rumahnya.
Justin berhenti pas di halaman rumahku.
Justin keluar dari mobil dan membukakanku pintu. “Bolehkah aku,
mungkin… sesekali main ke rumahmu?” kata Justin. “Tentu saja” jawabku
sambil tersenyum.
Aku masuk ke kamar ku dan langsung mendengarkan
beberapa lagu Justin. Aku tidur di kasurku dan mengingat semua yang
terjadi hari ini. Aku tersenyum lebar. Sangat lebar.
------------------------------------------------------
*3 bulan kemudian*
Aku
dan Justin sudah menjadi sahabat. Sahabat dekat. Walaupun Justin sibuk
dengan karirnya sebagai artis, dia selalu berusaha meluangkan waktunya
dengan ku. Aku sering di ajak menemaninya konser.
Beberapa
perempuan sudah tau kepribadianku yang dulu, aku adalah perempuan
screamo yang pernah mengejek Justin dan tiba-tiba menjadi sahabat
dekatnya. Mereka mulai mengejekku di twitter, maupun di dunia asli. Aku
merasakan semua kebencian itu.
Justin pernah sekali, melihat
twitterku di hp ku. Dia meliat semua ‘hate-tweets’ dari haters ku. Dia
mengeluarkan iPhonenya dan me-tweet “stop hating on @(usernamemu)! I
know she ever be my haters but hello! I love her no matter what! If you
hurt her, you hurt me too.”. I feel loved.
------------------------------------------------------
7
May. Ini adalah hari ulangtahunku. Ketika aku pulang dari sekolah. Aku
melihat kamarku penuh dengan bunga mawar. Aku melihat laki-laki
berhoodie berwarna ungu melihat kepadaku. “Happy birthday, (namakamu).” Dia
tersenyum memegang tanganku dan mengecup keningku. Aku menganggap ciuman
itu adalah ciuman persahabatan. “Justin! You scares me!” kataku kaget.
“Maaf,” katanya sedih. “Tidak apa-apa” kata ku sambil memegang ujung bibir Justin dan melekukan bibirnya ke atas.
“Aku
punya hadiah untukmu” kata Justin. Dia mengambil satu kotak kado. “Aw,
thankyou buddy”. Aku langsung membuka kado itu. Dan isinya….. cemilan.
Ya, sebuah cemilan berhadiah. “Aku tidak mengerti” kata ku heran.
“Duduklah”
jawab Justin menyuruhku duduk di sampingnya. Justin mulai membuka
cemilan itu. “Cemilan ini, bukan cemilan biasa.” Lalu dia mengambil
sebuah cincin mainan di dalam cemilan itu. Dia meraih tangaku dan
berkata “Will you be my girlfriend?” sambil tersenyum. Aku tidak tau
harus bilang apa tap “YAAA!!!!” aku tersernyum sangat lebar. Justin
memasukan cincin itu ke jari manis ku.
Justin langsung meraih
iPhone-nya dan mem-foto ku dengannya dengan dia mencium pipiku. Dia
me-tweet “Sorry, I’m taken by this beautiful girl @(usernamemu). ;)”
dan aku menemukan itu sangat lucu, beberapa belieber menyanyikan lagu
“that should be me” kepadaku.
Tidak disangka, seorang perempuan screamo seperti ku, dengan satu tabrakan kecil di koridor, hidupku berubah 360 derajat.
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar