Sabtu, 10 Maret 2012

Bieber Love Story

 

This is my first Bieber Love Story (BLS). Maaf klo jelek, ya barang kali bisa menghibur kalian semua para readers ;D Coba bayangkan saja jika cewek yang ada di dalam BLS ini adalah KAMU! Aw, pasti nggefly deh hihi :p Yang nulis aja udah berharap banget jadi cewek yg ada di dalam BLS ini, apalgi yg baca xoxo. Oke, selamat membaca readers :))


Aku keluar kamar dengan sepasang headset di telinga. Aku hari ini bangun telat (lagi) seperti biasa. Ibu ku sudah menyarankan ku untuk menyalakan alarm ku. Tidak, tidak ada yang aneh atau rusak dengan alarm ku. Aku adalah tipe gadis yang menyukai musik Heavy Metal dan sebelum aku mendengar musik itu, aku tidak bisa tidur. Tidak heran mengapa aku selalu bangun kesiangan, aku ketiduran ketika mendengarkan musik.

Aku turun ke bawah, aku melihat ibuku menatap ku dengan tatapan sinis. Aku yang masih memakai pajama dan mengatungkan headsetku di leherku memberikan ibuku senyumah selamat pagi.

"Kau telat lagi, seperti biasa" kata ibu ku tak heran.

Aku cepat-cepat mandi, pakai baju dan makan sarapanku. Aku tidak sempat menghabiskan makanan ku karna jam ku mengatakan ini sudah jam 07:00 dan aku masuk pada pukul 06:30. Aku langsung meraih tas ku dan iPod ku tentunya, dan mengayuh sepeda ke sekolahku.

Sesampainya disana, aku memarkirkan sepedaku dengan tidak benar dan langsung berlari ke kelas. "God bless me" gumam ku ketika tau bahwa guru ku sedang tidak ada di kelas. Aku lekas melepas headphone ku dan mengeluarkan buku ku dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Tiba-tiba, seorang anak perempuan memasang lagu "Love Me" karya Justin Bieber, remaja yang sedang naik daun itu. Aku pribadi yang menyukai lagu Heavy Metal menertawakan lagu itu. "Konyol!!! Hahaha" aku terus tertawa sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa semua anak melihatku. "Kenapa?" tanya perempuan itu. Aku memberinya tampang heran. "Kau tanya kenapa? Dude! Aku tidak suka dengan laki-laki itu. Siapa namanya, Justin Beaver?" kata ku mengejek. Mereka terlihat sangat marah dan lagi-lagi aku memberikan raut muka 'aku-tidak-peduli'

------------------------------------------------------

Akhirnya, sekolah pun berakhir. Aku langsung memasang headphone-ku ke telinga ku. Aku tidak peduli dengan keadaan sekitar. Aku berjalan melewati koridor dengan memjamkan mata dan menari-nari mengikuti alunan musik. Tidak sengaja aku menabrak seorang laki-laki. "Ouch!" kata ku kesakitan. Aku membuka mataku dan, oh. Laki-laki itu, Justin Drew Bieber. "Maaf" katanya. Aku tetap sibuk merapikan buku-buku-ku yang jatuh lalu berdiri dan menatapnya. "Gakpapa" kata ku santai.
"Kenapa kau tidak-" kata-katanya menggantung ketika dia melihat tattoo di tangan ku. "Hey, aku juga punya tattoo seperti itu"
"Aku tidak peduli." jawab ku dengan muka 'i-dont-give-a-damn' ciri khas ku.
"Kenapa kau tidak teriak, menjerit, faint, minta untuk foto atau tanda tangan atau semacamnya?" tanyanya heran.
"Haruskah aku teriak seperti Oliver Sykes? Apa yang terjadi? Kebakaran? Ada yang mati?" tanyaku balik heran.
"Yea. Aku Justin Drew Bieber, disini. Di depan mu."
"So...?" kata ku heran. "Aku banyak urusan, bisakah kau mengganggu ku lain waktu?" aku pergi dari hadapannya.
"Tunggu! Bisakah aku mendapatkan, err, foto dengan mu?" WOW. Seorang artis yang sedang naik daun meminta ku berfoto dengannya. "Tentu saja" kata ku.
Dia menyuruh bodyguardnya mem-foto kami berdua. Dia merangkul ku seakan-akan aku adalah teman dekatnya. Aku senyum, terpaksa.
"Terimakasih." katanya sambil tersenyum. "Bisa aku mendapatkan username twitter-mu?"
"Tentu saja, @(usernamemu). Sudah ya, aku punya banyak pekerjaan." aku pergi melewati dia. Aku berbalik ke belakang dan dia tersenyum kepadaku.

------------------------------------------------------

Sesampai di rumah, aku buka twitter ku, dan, wow. Sebelumnya aku hanya mempunyai 1,626 followers di twitter. Dan sekarang, aku mempunyai sekitar 80,000! Aku buru-buru membuka replies ku dan banyak sekali replies dari orang-orang yang tidak ku kenal. Aku scroll terus ke bawah, dan ternyata. Justin Bieber mem-post foto ku dengannya.

Aku membuka profile Justin. Dia menceritakan semua kejadian ketika dia bertemu dengan ku. Aku merasa sedikit bangga, seorang perempuan seperti ku, di kenal artis yang sedang naik daun. WOW.

Aku mulai mem-browse tentang Justin. “Dia tidak terlalu buruk” gumamku sambil mengangguk. Aku mengambil handphone-ku dan menelfon sahabat ku, anggap saja namanya, Cathlin.
“Hai? Halo? Ket? Are you there?”
“Ya? Kenapa?” Tanya Cathlin dari ujung telfon.
“Bisa kau menemaniku ke toko kaset?”
“Tentu. Aku akan sampai di rumah mu jam 4 sore.” Lalu dia menutup telfonnya.
Aku melihat jam tanganku. Jam 15.30, katanya. Aku lebih baik bersiap-siap.

------------------------------------------------------

Sesampainya di toko kaset, aku langsung berkeliling mencari album Justin. “Ketemu!” teriak ku senang. Aku langsung mengambil album itu. Aku melihat kearah Cathlin. Dia memasang muka kaget, heran, dan tidak percaya. “Kenapa?” tanyaku.
“Seorang (namakamu), membeli album Justin Bieber?! The end of the world.”
“Sudah kah kau membuka twitter tadi?” tanyaku sambil membayar uang sebesar 100.000 untuk 1 album Justin. “Kalau belum, aku sarankan kau untuk membukanya.”
Kami keluar dari toko kaset itu dan mencari restoran. Aku melihat McD di sebrang sana. Aku langsung kesana menggandeng Cathlin.
Kami duduk di bagian pojok kanan. Hanya ada 2 bangku di situ dan kami rasa itu cukup untuk kami berdua. “Aku akan memesan makanan. Kau mau apa?” kata Cathlin “Umm, cheeseburger dan coca-cola” lalu Cathlin pergi ke meja kasir.
Aku mengeluarkan kaset yang baru saja ku beli. Aku melihat judul lagunya dan menggumam.. “One less lonely girl? One time? Baby? Ew.” Aku melihat ke cover album itu. Mata ku seperti tidak bisa bergerak. Mata ku sudah terkunci dengan mata Justin di album itu. Aku memandangnya terus menerus sampai aku tidak sadar bahwa ada seseorang yang melihatiku. “Hai, (namakamu).” sapanya. “Oh, Justin..”
“Hahaha tidak ku sangka, orang seperti mu mau merelakan uangnya untuk membeli albumku.” Kata Justin sambil tertawa. Aku tersenyum kecil melihat senyumannya. “Baru kali ini aku melihatmu tersenyum. Kau… Cantik sekali.”….”Aku harus ke kamar mandi” kata ku buru-buru.
Aku bisa melihat pipiku merah di kaca kamar mandi. Aku tidak pernah, merasa se-senang ini. Aku sudah sering bertemu dengan idolaku dan ya, aku senang. Tapi perasaan senang ini lain. Atau mungkin…..?

------------------------------------------------------

Aku kembali ke tempat duduk dan melihat Cathlin sedang asik mengobrol dengan Justin. “Hai,” sapa ku. “Welcome back” sambut Justin dengan senyumannya. Dadaku berdegup kencang. Kencang sekali. “Thanks. Oh iya, Justin, ini sahabatku, Cathlin.” Kata ku. Mereka berdua berjabat tangan. Terdengar lagu Help karya band british amerika bernama McFLY. “Oh, itu hp ku.” Kata Cathlin. Dia mengangkat telfonnya dan ternyata itu ibunya, menyuruhnya dia pulang. “Maaf, aku harus duluan. Adikku sakit jadi aku harus ke rumah sakit”…”Gakpapa. Semoga adik mu cepat sembuh” kata Justin. Cathlin pun meninggalkan aku dan Justin dalam keheningan.
Aku mulai memakan cheeseburger-ku. Justin melihatiku terus menerus. Itu sedikir membuatku agak grogi dan makan ku jadi belepotan. “Ada saus di pipi mu” kata Justin sambil mengusap pipi ku. “Oh, terimakasih”
Aku dan Justin mulai merasa bosan di sana. “Aku ingin pulang” kata ku.
“Aku bisa mengantarmu pulang.” Respon Justin. Dia menarikku keluar dari McD dan membukakanku pintu mobil ferarri ber-plat “B 1 3 BER”. Aku memberitahukannya alamat rumahku. Dan dia bilang rumah ku tidak terlalu jauh dengan rumahnya.
Justin berhenti pas di halaman rumahku. Justin keluar dari mobil dan membukakanku pintu. “Bolehkah aku, mungkin… sesekali main ke rumahmu?” kata Justin. “Tentu saja” jawabku sambil tersenyum.
Aku masuk ke kamar ku dan langsung mendengarkan beberapa lagu Justin. Aku tidur di kasurku dan mengingat semua yang terjadi hari ini. Aku tersenyum lebar. Sangat lebar.

------------------------------------------------------

*3 bulan kemudian*
Aku dan Justin sudah menjadi sahabat. Sahabat dekat. Walaupun Justin sibuk dengan karirnya sebagai artis, dia selalu berusaha meluangkan waktunya dengan ku. Aku sering di ajak menemaninya konser.
Beberapa perempuan sudah tau kepribadianku yang dulu, aku adalah perempuan screamo yang pernah mengejek Justin dan tiba-tiba menjadi sahabat dekatnya. Mereka mulai mengejekku di twitter, maupun di dunia asli. Aku merasakan semua kebencian itu.
Justin pernah sekali, melihat twitterku di hp ku. Dia meliat semua ‘hate-tweets’ dari haters ku. Dia mengeluarkan iPhonenya dan me-tweet “stop hating on @(usernamemu)! I know she ever be my haters but hello! I love her no matter what! If you hurt her, you hurt me too.”. I feel loved.

------------------------------------------------------

7 May. Ini adalah hari ulangtahunku. Ketika aku pulang dari sekolah. Aku melihat kamarku penuh dengan bunga mawar. Aku melihat laki-laki berhoodie berwarna ungu melihat kepadaku. “Happy birthday, (namakamu).” Dia tersenyum memegang tanganku dan mengecup keningku. Aku menganggap ciuman itu adalah ciuman persahabatan. “Justin! You scares me!” kataku kaget.
“Maaf,” katanya sedih. “Tidak apa-apa” kata ku sambil memegang ujung bibir Justin dan melekukan bibirnya ke atas.
“Aku punya hadiah untukmu” kata Justin. Dia mengambil satu kotak kado. “Aw, thankyou buddy”. Aku langsung membuka kado itu. Dan isinya….. cemilan. Ya, sebuah cemilan berhadiah. “Aku tidak mengerti” kata ku heran.
“Duduklah” jawab Justin menyuruhku duduk di sampingnya. Justin mulai membuka cemilan itu. “Cemilan ini, bukan cemilan biasa.” Lalu dia mengambil sebuah cincin mainan di dalam cemilan itu. Dia meraih tangaku dan berkata “Will you be my girlfriend?” sambil tersenyum. Aku tidak tau harus bilang apa tap “YAAA!!!!” aku tersernyum sangat lebar. Justin memasukan cincin itu ke jari manis ku.
Justin langsung meraih iPhone-nya dan mem-foto ku dengannya dengan dia mencium pipiku. Dia me-tweet “Sorry, I’m taken by this beautiful girl @(usernamemu). ;)” dan aku menemukan itu sangat lucu, beberapa belieber menyanyikan lagu “that should be me” kepadaku.

Tidak disangka, seorang perempuan screamo seperti ku, dengan satu tabrakan kecil di koridor, hidupku berubah 360 derajat.


-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar